Materi 11: Persentasi Inovasi Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual dan Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir kreatif

Nurhadi dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.

Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apapun, bidang studi apapun, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Model pembelajaran CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
Fase 1
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa serta manfaatnya dari proses pembelajaran serta pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Guru menggali pengetahuan awal siswa serta menganalisis miskonsepsi siswa (Konstruktivism).
Fase 2
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.Guru menyajikan model atau fenomena dan setiap kelompok diberi tugas untuk melakukan observasi. Melalui observasi yang dilakukan, siswa ditugaskan diminta untuk menyampaikan gagasan yang dimilikinya terkait dengan materi yang dipelajari dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru (Modelling).
Fase 3
Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dilakukan oleh setiap kelompok siswa guna mencapai tujuan pembelajaran (Questioning).
Fase 4
Siswa melakukan observasi dan mencatat hasil observasinya dengan menggunakan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Siswa menganalisis hasil observasinya (Inquiry).
Fase 5
Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam pleno kelas. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lainnya (Learning Community).
Fase 6
Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasinya. Simpulan tersebut merupakan pengetahuan atau keterampilan baru yang diperoleh dalam proses pembelajaran melalui penemuan.
Guru melakukan penilaian autentik dan memberi tugas kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman, memperluas dan memperdalam pengetahuan berkaitan dengan topik yang telah dipelajari. Siswa juga melakukan refleksi diri (Authentic assessment).

Komponen Utama Model Pembelajaran Kontestual
Menurut Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry (menemukan) , Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
1.     Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
  • Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
  • Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2.    Pemodelan (Modelling)
Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
  • Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
  • Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
  • Melatih siswa untuk berpikir kritis
4. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
  • Observasi (Observation)
  • Bertanya (Questioning)
  •  Mengajukan dugaan (Hipotesis)
  •  Pengumpulan data (Data gathering)
  •  Penyimpulan (Conclussion)
5. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:
  • Pembentukan kelompok kecil
  • Pembentukan kelompok besar
  • Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
  • Bekerja dengan kelas sederajat
  • Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
  • Bekerja dengan masyarakat
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Prosedur penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Indikator Berpikir Kreatif
Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
  • Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
  • Arus pemikiran lancar
2. Berpikir luwes (flexibility)
  • Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
  • Mampu mengubah cara atau pendekatan
  • Arah pemikiran yang berbeda
3. Berpikir orisinil (Originality)
  • Meberikan jawaban yang tidak lazim
  • Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
  • Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci (elaboration)
  • Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
  • Memperinci detail-detail
  • Memperluas suatu gagasan
Inovasi Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
Nama Sekolah         : SMK Negeri 3 Kota Jambi (STM)
Mata Pelajaran         : Kimia
Kelas                        : X TKR (Teknik Kendaraan Ringan)
Materi                       : Unsur, Senyawa dan Campuran
Model                       : Contextual Teaching and Learning
Pertemuan               : Ke-2
Alokasi Waktu          : 2 x 45 menit


No
Model Konvensional (Model Kontekstual)
No
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
Dampak Berpikir Kreatif
1.
Konstruktivisme
1.
Konstruktivisme

Mengkondisikan siswa
Membuka pembelaran dan mengkondisikan siswa
(orientasi)
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya.
“apakah ada yang masih ingat mengenai materi minggu lalu tentang unsur dan senyawa?”
(Apersepsi)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya
Menggali pengetahuan dasar siswa tentang materi lanjutan yaitu campuran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi siswa agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta mengajak siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang ada dalam pikiran mereka berdasarkan kehidupannya sehari-hari.
“apakah ada yang tau mesin atau onderdil motor tersusun atas senyawa apa saja?”
“Lalu apakah ada yang tau mesin atau onderdil motor tersusun atas unsur apa saja?”
“bagaimanakah mesin atau onderdil motor itu dapat dibuat?
(Motivasi)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Menggali pengetahuan dasar siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai.
(pemberian acuan)
-
2.
Pemodelan (Modelling)
2.
Pemodelan (Modelling)

Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil
Membagi kelompok diskusi yang heterogen
-

Mempersilahkan untuk bergabung bersama kelompoknya masing-masing
-
Menyajikan media/video/fenomena yang berhubungan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Mengarahkan siswa untuk membandingkan dan menganalisis gambar atau video yang disajikan.
“cara pembuatan mesin sepeda motor buatan itali dengan jepang”
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)

Mengajukan pertanyaan “bagaimana pendapat kalian mengenai video tersebut?”
“apakah yang menyebabkan harga sepeda motor buatan itali lebih mahal dari pada buatan jepang?”
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil)
3.
Bertanya (Questioning)
3.
Menemukan (Inquiry)

Membimbing siswa melakukan tanya jawab
Menginstruksikan siswa mengenai apa yang harus mereka lakukan selama proses pembelajaran berlangsung terkait dengan percobaan unsur, senyawa dan campuran.
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
Membimbing siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan fenomena yang telah ditampilkan dan terkait dengan percobaan unsur, senyawa dan campuran.
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Membimbing siswa untuk membuat mengenai pemecahan masalah yang telah dibuat.
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memperinci detail-detail
(berpikir terperinci)
Membimbing siswa melakukan percobaan unsur, senyawa dan campuran.
(mengamati perbedaan tingkat karat yang dihasilkan dari besi (paku) yang mengandung canpuran Stainless steel dengan yang tidak setelah direndam beberapa saat menggunkan campuran cuka dan pemutih)
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)

Mempersilahkan siswa melakukan observasi kembali dan mencatat hasil pengamatannya pada percobaan yang telah dilakukan
Menyelesaikan percobaan lebih cepat dan cermat dibandingkan kelompok lain dan siswa mampu memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
4.
Menemukan (Inquiry)
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)

Membimbing siswa mencari tahu sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber
Mengarahkan setiap kelompok untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan menguji hipotesis yang telah dibuat dengan kelompoknya masing-masing
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil)
 Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Mempersilahkan siswa untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya dalam diskusi kelas secara kreatif
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil)
Memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil).
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
5.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
5.
Bertanya (Questioning)

Membantu siswa megatasi permasalahan yang diberikan
Mendorong siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti siswa
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
Mendorong siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil).
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan
Memberikan gagasan bervariasi (berpikir luwes)
6.
Refleksi (Reflection)
6.
Refleksi (Reflection)

Memberikan penguatan
Mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi diri melalui self-evaluation terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lakukan dan meminta siswa membuat suatu ringkasan
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
 Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
7.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
7.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Membantu siswa menyimpulkan
Memberikan tes akhir atau posttest dari materi yang telah diajarkan
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Memberikan tes akhir
Mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi untuk tetap belajar
-
Menutup pertemuan dengan berdo’a dan mengucapkan salam
-

Permasalahan:
Berdasarkan artikel dan inovasi sintaks model pembelajaran kontekstual yang telah saya buat apa komentar dan saran anda ?, pada bagian sintaks mana lagikah yang dapat ditambahkan inovasi untuk menimbulkan dampak berpikir kreatif siswa secara nyata ? dan efektifkah inovasi sintaks ini jika langsung diterapkan dalam proses pembelajaran kimia pada materi tersebut di SMK (kelas X TKR/Teknik Kendaraan Ringan)?
 

Komentar

  1. Menurut saya sintaks CTL diatas sudah cukup efektif untuk diterapkan, karena mengandung keseluruhan komponen CTL. Sintaks nya pun dapat menimbulkan pola berpikir kreatif karena adanya diskusi dan perintah untuk mengamati. Melalui sintaks inkuiri siswa dapat menimbulkan gagasan bervariasi pada masing-masing individu karena pembelajaran yang menarik itu dapat membuat masing-masing siswa memiliki pendapat berbeda. Lalu pada bagian akhir juga ada proses self reflection tentu ini sangat bermanfaat untuk mengingat materi apa yang dirasa kurang dikuasai dan proses menyimpulkan siswa juga berguna dalam memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi yang diajarkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat fanny bahwa inovasi sintaks CTL sudah efektif dan bisa diterapkan karena terdapat keseluruhan komponen CTL. Dan bagian sintaks yang lebih menekankan pada keterampilan berpikir kreatif adalah inkuiri karna didalam inkuiri ini Menurut Trianto (2009) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri, sehingga dapat membuat masing-masing siswa memiliki pendapat berbeda dan bervariasi.

      Hapus
  2. menurut saya langkah pembelajaran kontestual yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatifnya langkah pembelajaran ke 3 pada inovasi sintaks yaitu inquiry pada tahap membimbing siswa melakukan analisis dari setiap observasi yang dilakukannya. karna Berpikir kreatif itu sendiri adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
    Secara keseluruhan menurut saya sintaks CTL diatas sudah cukup efektif untuk diterapkan, karena mengandung keseluruhan komponen CTL.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan rini bahwa langkah pembelajaran kontestual yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatifnya adalah pada langkah pembelajaran ke 3 pada inovasi sintaks yaitu inquiry pada tahap membimbing siswa melakukan analisis dari setiap observasi yang dilakukannya. karna Berpikir kreatif itu sendiri adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.

      Hapus
  3. afektif atau tidaknya menurut saya belum bisa ditentukan karena belum dilakukan ujicoba. Namun menurut saya inovasi yang dibuat syafira sudah bagus, karena lengkap juga dengan contoh pertanyaan. sehingga jika ada seseorang yang ingin menggunakan inovasi yang telah dibuat syafira ini akan mudah untuk memahami dan menerapkannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat esa karena memang untuk mengetahui keefektifan dari sintak ini sebaiknya perlu diadakan uji coba terlebih dahulu karna belum bisa disimpulkan efektif jika belum coba dilaksanakan

      Hapus
    2. saya setuju dengan pendapat kk melda dan esa jika keefektifan hanya bisa diketahui jika suatu model tersebut diujicobakan serta dilakukan evaluasi

      Hapus
    3. Saya setuju dengan pendapat teman2 sebelumnya, harus ada evaluasi setelah uji coba agar tau keefektifan dari sintaks ini,
      Menurut saya sintaks CTL diatas sudah cukup efektif untuk diterapkan dengan uji coba telebih dahulu, karena sudah mengandung keseluruhan komponen CTL.

      Hapus
  4. menurut saya bagian sintaks yang lebih menekankan pada keterampilan berpikir kreatif adalah inkuiri dimana Menurut Trianto (2009) inkuiri ini merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Silklus inkuiri menurut Yatim Riyanto (2010) terdiri dari:
    a) Observasi
    b) Bertanya
    c) Mengajukan dugaan (hipotesis)
    d) Pengumpulan data
    e) Penyimpulan
    sehingga dari aspek inkuiri ini siswa terbiasa untuk berpikir kreatif.
    dan saya setuju dengan teman-teman bahwa untuk mengetahui model tsb efektif atau tidak haruslah diujicoba terlebih dahulu. setidaknya pada model CTL yang masih konvensional. sehingga dari sini, kita memiliki tolak ukur kenapa kita memodifikasi model tsb.

    BalasHapus
  5. saya akan menjawab pertanyaan fira, efektifkah inovasi sintaks ini jika langsung diterapkan dalam proses pembelajaran kimia pada materi tersebut di SMK (kelas X TKR/Teknik Kendaraan Ringan)?

    menurut saya, sintaks yang fira buat sudah cukup baik dan inovasi yang dibuat sudah cukup detail, namun mengenai tingkat efektivitasnya maka perlu dilakukan ujicoba terlebih dahulu, dibandingkan dengan sintaks yang konvensional nah setelah itu baru kita tahu efektif atau tidaknya dan tahap mana yang perlu direvisi dari hasil inovasi sintaks yang dibuat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kak rini, yang mengatakan " tingkat efektivitasnya maka perlu dilakukan ujicoba terlebih dahulu, dibandingkan dengan sintaks yang konvensional nah setelah itu baru kita tahu efektif atau tidaknya dan tahap mana yang perlu direvisi dari hasil inovasi sintaks yang dibuat", jika telah di uji kan kita bisa melihat efektifitasnya, kelemahannya, kelebihannya, hubungannya dengan IoT bagaimana, disinilah kita lakukan evaluasi sehingga kita tahu keterlaksanaan sintak yang kita buat.

      Hapus
  6. inovasi sintak model pembelajaran yang dibuat sudah cukup efektif. dimana paada sintak ini pada bagian inkuirinya, diharapkan dengan inovasi yang dibuat dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. pada bagian masyarakat belajar, perlu adanya pendampingan dan arahan dari guru agar diskusi anak lebih terarah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya langkah yang dapat menunjukkan berpikir kreatif secara nyata yaitu pada langkah inkuiri dan langkah masyarakat belajar. Karena dilangkah itu siswa memang belajar sndiri dan memang benar2 melakukan sesuatu dalm proses pemecahan suatu masalah. Dan juga masyarakat belajar siswa lebih banyak mengeluarkan ide ide atau pendapat dari hasil diskusi sesama teman atau teman perkelompok.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi 5: Prinsip Desain Sistem Pembelajaran

Materi 9: Tren Internet of Thing dalam Pembelajaran Kimia

Materi 14: Inovasi Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle (5E) dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif